Sungguh tidak pernah ku sangka, sekali lagi aku harus memulai lagi dari awal. Sebuah hubungan yang sudah ku jalin hampir 4 tahun, hancur begitu saja. Awalnya yang ada dalam pikiran ku hanyalah optimisme yang tak berkesudahan, otak ku penuh dengan keyakinan, kepercayaan, dan hanya ada pikiran positif bahwa dia adalah tujuan, akhir dari perjalanan hidup ego, dan awal dari perjalanan untuk tanggung jawab, dewasa, dan berpikir masa depan. Semua nya hancur dan musnah hanya karena alasan lonely, ditambah dengan seribu satu alasan lain yg dipakai untuk membackup alasan utama.
Berawal dari sebuah dering telepon, yang ku sangka adalah pelepas penat paling segar yang akan aku terima setelah bekerja dari pagi sampai malam, dengan nada datar dimulai dengan pernyataan bosan, merasa sendiri tidak ada yg menemani kemudian muncul statement² "jeda sesaat". Sejenak otak ku seperti mobil yang sedang ngebut dipaksa untuk berhenti dan berbelok, bodohnya aku dengan mudah mengatakan untuk siap menerima apapun keputusan nya. Seorang teman baik ku memberi saran setelah ku tutup telpon, jangan terlalu mudah seperti itu...ingat berapa besar pengorbanan yang telah lo lakukan selama 4 tahun terakhir, apa mau kau buang sia-sia?
Kuterima saran teman ku sambil bersama-sama menatap ke Adelantado street, berangkat kembali naik ke apartement untuk mencoba menghubungi dia sekali lagi, meralat ucapan ku yang bodoh itu, SMS demi SMS mulai mengalir...berbagai macam alasan mulai bermunculan, walaupun menurut ku semua alasan itu klise dan bisa ku balas dengan mudah, kututup sesi SMS tersebut dengan statement yang menegaskan kembali komitmen yang sudah dibuat bersama, dimana sebuah komitmen hanya bisa berhasil apabila didukung oleh ke dua belah pihak. Hati ku berdebar keras, berharap dia sadar dan bisa mencerna dengan baik apa yang ada di otak ku walau lewat sebuah media yang terbatas sekali.
Keesokan hari, aku tidak tahan lagi dan mulai berpikir macam-macam, beberapa teman memberiku beberapa saran yang sangat baik yang pasti akan ku cam kan untuk hubungan selanjut nya...teman ku berkata "That's the nature of a woman....Awalnya meledak², kemudian selanjutnya pasti akan di menyesal, kemudian malu untuk mengakui dan diakhiri dengan mencari orang lain yang paling tidak mendekati atau lebih baik dari yg lama", teman ku yang lain bilang "Women is like a flowers, need to be watered every day". Sejenak gw terhenyak...betul selama ini aku terlena akan hal² lain karena aku terlalu yakin kalau dia sudah pasti milikku, hingga aku hanya memikirkan langkah selanjut nya saja, sehingga aku jarang menengok lagi kebelakang.
Mungkin sudah terlambat, tapi bukan aku bila tidak berusaha sampai akhir. Segala upaya ku lakukan agar paling tidak, permasalahan ini dapat diselesaikan secara baik-baik, dengan kondisi sama-sama bertemu muka. Tapi apa daya sepertinya keputusan sudah dikeraskan seperti hati nya. Aku harus terima dengan lapang dada, realita bukanlah sesuatu yang harus di sangkal...tapi harus dihadapi. Pintu sudah tertutup, saatnya untuk melangkah, kembali ke garis awal dan mulai menapak kembali dari awal.
Aku sudah melakukan kesalahan yang sama DUA kali. Hal yang sama menimpa hubungan ku dengan alur yang sama juga, bahkan penyelesaian yang di pakai juga sama. Apakah aku tidak belajar? semoga tulisan ini bisa membantu diriku agar selalu ingat dan tidak jatuh lagi untuk yang ke tiga kali nya.
Hati kecil ku ingin tuk kembali...tapi itu bagaikan membelah bulan.
Stop Dreaming...Patch Your Heart & Reboot !